Oleh : Qoni’ah, M.Si*
Sejumlah permasalahan pelik terjadi pada cara pola asuh anak (parenting) yang dilakukan keluarga buruh migran di Desa Candi Mulyo, Kecamatan Dholopo, Kabupaten Madiun. Permasalahan ini apabila tidak dilakukan penangan untuk dijadikan antisipasi maka akan memunculkan problem besar tidak hanya bagi anak yang diasuh tapi juga untuk orang tua, anggota keluarga yang lain bahkan bisa jadi lingkungan masyarakat.
Hasil dari assessment di lapangan melalui program pengabdian kepada masyarakat Universitas Muhammadiyah Madiun ditemukan ada berbagai permasalahan dalam cara pola asuh anak di keluarga buruh migran.
Diantaranya: Orang tua kesulitan dalam menerapkan kemandirian anak, Anak ketika dipanggil orang tua susah atau lama untuk merespon, Anak kurang PD ketika ketemu orang atau bersosialisasi dengan teman sebaya, Anak-anak sulit untuk melepas HP/ suka bermain gadget.
Namun Pada beberapa realitas terkait pemberian gadget kepada anak menjadi semacam perlombaan bagi orang tua si anak. Apabila orang tua dari orang yang mampu membelikan HP lebih bagus dari orang tua lainnya maka mereka mereka merasa bangga.
Kemudian perbedaan pola pengasuhan antara suami dan istri. Hal ini bisa terjadi karena banyak sosok perempuan yang menjadi pekerja migran di luar negeri ataupun di luar kota, sementara sosok ayah yang berperan sebagai pengasuh anak mereka. Atau jika tidak oleh ibu atau ayah mereka, pengasuhan dilakukan nenek atau saudara dekat orang tua anak.
Ada pula pemahaman yang kurang tepat dari orang tua, dimana mereka menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada sekolah. Padahal secara prosentasi pendidikan disekolah hanya 40% sedangkan 60% adalah pendidikan di rumah. Sehingga seharusnya orang tua jangan hanya menyerahkan semua pendidikan ke sekolah namun orang tua juga ikut andil dalam mendidik anak anaknya.
Hasil dari assessment di lapangan juga memunculkan sejumlah indikator yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pola asuh anak pada keluarga pekerja migran ini.
Antara lain:
Persoalan kemandirian anak
Orang tua harus memberi pola asuh yang demokratis, kemudian memberikan kebebasan namun masih dalam pantauan dan bimbingan. Anak ketika dipanggil orang tua susah atau lama untuk merespon.
Maka orang tua harus menghadirkan contoh perilaku yang baik seperti sikap sopan santun di hadapan anak, ketika memanggil anaknya jangan berkata kasar atau dengan suara yang keras namun sebaliknya agar anak tidak merasa dibentak.
Anak kurang Percaya diri
Sebaiknya orang tua tidak menerapkan pola asuh yang otoriter, namun terapkan pola asuh yang demokratis sehingga anak bisa bebas untuk berpendapat dan merasa percaya diri dengan kemampuannya.
Anak-anak sulit untuk melepas HP/ suka bermain gadget
Agar anak bisa melepas HP dari tangannya, maka orang tua harus komunikasi secara efektif mengenai penggunaan HP dan mereka harus konsisten dan kompak mengenai hal ini. Demikian pula dalam hal perbedaan pola asuh anak antara ayah dan ibunya, diperlukan konsistensi dan kekompakan menjalankan pola asuh yang dilakukan.
Ada beberapa langkah antisipasi yang secara garis besar dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan pola asuh anak pada keluarga buruh migran ini.
Pertama, orang tua jangan bertindak kasar seperti membentak karena hal itu akan berakibat pada rasa takut ataupun anak jadi resistensi pada orang tuanya.
Kedua orang tua harus bisa menghadirkan sikap demokratis kepada anak agar mereka punya rasa percaya diri dengan sikap-sikap yang diambil.
Ketiga, orang tua tetap harus melakukan pantauan dan bimbingan secara terukur sehingga anak bisa memahami batas batas bersikap dan berperilaku.(*)
*Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Muhammadiyah Madiun