
MADIUN – Tenaga pengajar Prodi Ilmu Lingkungan UMMAD (UMJT), Khairunisa, S.P., M.Si., berhasil meraih hibah pendanaan penelitian dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (DPPM) Ditjen Diktiristek Kemendikti Sainstek.
Penelitian yang mengantarkan Khairunisa memperoleh pendanaan dari DPPM Ditjen Dikti berjudul Redistribusi Makanan Surplus dan Food Waste serta Potensi Pengurangan Emisi dan Tantangan dalam Prosesnya.
Khairunisa menerangkan, penelitian yang tengah ia lakukan tersebut merupakan kelanjutan dari penelitian thesis S2 yang sebelumnya telah dilakukan mengenai food bank (bank makanan).
Menurut Khairunisa, dari penelitian ini diharapkan dapat menganalisis potensi pengurangan emisi GRK melalui redistribusi makanan surplus serta tantangan yang dihadapi.
“Nanti ke lapangannya di Surabaya. Di sana ada foodbank sudah bagus. Mereka mengambil (makanan) dari Malang. Mereka hamper 10 tahun berjalan, bekerjasama dengan pemerintah juga, sudah support bikin roadmap, dijadikan naras umber juga terkait pelayanan foodbank itu seperti apa?” terang Khairunisa, Kamis, 24 Juli 2025.
Fokus penelitian
Penelitian yang dilakukan Khairunisa akan fokus pada berapa banyak timbulan makanan yang dapati dihindari dari pengelolaan makanan surpulus dan food waste yang dilakukan di foodbank.
“Berapa kilo hingga berapa ton per hari timbulan makanan yang bisa diselamatkan. Lalu jenis makanan yang paling banyak ditimbulkan apa, apakah makanan kemasan, buah-buahan atau sayuran,” jelas Khairunisa.
Fokus berikutnya adalah berapa besar pengurangan gas emisi yang bisa dilakukan dari proses redistribusi makanan surplus dan food waste yang dilakukan Foodbank dibanding dengan membawa sampah langsung ke tempat pembuangan.
“Kalau sampah ada emisinya. Kita pengin tahu emisi yang bisa kita kurangi dengan menyelamatkan dan penyalurkan makanan ke orang yang membutuhkan itu misalnya berapa ton CO2 per bulan dengan timbulan sampah sekian misalnya,” terang Nisa.
Cara menghitungnya, Nisa menjelaskan, dari hulu ke hilir, dari makanan didatangkan dari orang yang mau memberikan makanan berlebihnya, lalu disimpan – penyimpanan itu memerlukan Listrik dan itu mengeluarkan emisi- sampai diberikan kepada penerima manfaat.
“Jadi dihitung bensin untuk sekian liter menghasilkan berapa emisi. Berarti misalnya dari hitungan sampah langsung ke TPA berapa emisinya dan kalau ada intervensi foodbank berapa emisinya,” jelas Nisa.
Selain itu, menurut Nisa, saat di lapangan bisa diketahui juga kendala dan tantangan dari redistribusi makanan di daerah Surabaya dan Malang seperti apa dengan ditanyakan langsung ke pengelola food banknya.
Rekomendasi
Khairunisa menyampaikan dari penelitian dapat dihasilkan rekomendasi mengenai data kualitatif baru mengingat di Indonesia belum ada penelitian yang benar benar menghitung emisi dari langkah penyelamatan makanan sampai disalurkan.
“Rata-rata peneltian yang dilakukan lebih ke sosial, say alebih ke perhitungan timbulan emisiyang diselaamtkan dan timbulan sampah makanan yang diturunkan,” ujar Nisa.
Metode campuran
Penelitian yang dilakukan Khairunisa menggunakan metode campuran (mix method) dengan melakukan wawancara kepada pemangku kepentingan dan perhitungan emisi menggunakan Life Cycle Assessment (LCA).
Kemudian data primer dikumpulkan dari foodbank dan sektor yang menyumbang makanan surplus, sementara data sekunder digunakan untuk menghitung dampak lingkungan.
“Luaran (penelitian) berupa jurnal, paper ilmiah. Yang paling utama itu paper ilmiah yang berisi rekomendasi dari penelitian. Dan rekomendasi lainnya, bagi pemerintah, penelitian ini jadi benchmark awal meski skala 1 wilayah tapi bisa jadi Gambaran dan bisa jadi rekomendasi penelitian selanjutnya,” terang Nisa.