MADIUN – Rektor Universitas Muhammadiyah Madiun (UMMAD) yang akan berubah menjadi Universitas Muhammadiyah Jawa Timur (UMJT), Prof. Dr. Sofyan Anif, M.Si menjadi nara sumber Baitul Arqom PDM dan PDA Kota Madiun Sabtu, 6 Juli 2024 di Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah.
Figur yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tersebut menghadirkan materi Pedoman Hidup Islam Warga Muhammadiyah (PHIWM):Kehidupan Berorganisasi dan Mengelola Amal Usaha (AUM).
Mengenai keorganisasian Muhammadiyah, salah satu pemahaman yang disampaikan Rektor UMMAD adalah soal apakah anggota Muhammadiyah itu harus seorang Muslim.
Kemudian Sofyan Anif bercerita Ketika Muhammadiyah membangun rumah sakit pertama pada tahun 1919 tidak punya tenaga medis. Kemudian Ahmad Dahlan mengajak dokter-dokter Belanda untuk menjalankan rumah sakit sebagai salah satu bagian dari bidang kemanusiaan.
“Pada waktu itu, berdirinya Muhammadiyah tidak hanya dilandasi penduduk kauman yang melakukan perbuatan sirik,” Kata Sofyan Anif Menurut Sofyan Anif, tahap pertama berdirinya Muhammadiyah tidak hanya mengedepankan purifikasi tapi lebih dari pada itu membangun kesejahteraan masyarakat melalui bidang kemanusiaan.
“Kyai Dahlan tidak hanya membangun bidang pendidikan tapi juga kesehatan. Maka waktu itu Kyai Dahlan membagi tiga kategori keanggotaan Muhammadiyah,” ungkap Sofyan Anif.
Pertama anggota biasa, ke dua anggota Istimewa. Ketiga anggota khusus. Anggota itu reguler yang sudah memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA). Anggota Istimewa itu pihak Kraton Yogyakarta yang memang berada dekat dengan wilayah Kauman serta berdasar pemahaman soal masuknya Islam di Jawa ini tidak bisa lepas dari keberadaan Mataram.
“Anggota khusus itu mereka yang tidak beragama Islam tapi membantu Muhammadiyah seperti dokter dan guru guru diberi kartu khusus oleh Kyai Ahmad Dahlan,” kata Sofyan Anif.
Keberadaan kartu khusus ini sampai sekarang masih ada dan dimiliki oleh anggota masyarakat yang bukan beragama Islam. Sofyan Anif menyampaikan hal itu ada di beberapa daerah di Indonesia bagian timur seperti di Kupang, Sorong, Manokwari, Jayapura.
Sofyan Anif bercerita pernah mendapat undangan menghadiri peresmian masjid kampus Universitas Muhammadiyah Kupang di NTT bersama Ketua Umum PP Muhammadiyah. Nama masjidnya adalah AR.Facrudin
“Siapa yang menyanyikan lagu himne Sang Surya? ternyata 24 orang paduan suara, semua non muslim, semua penyanyi gereja. Maka menyanyinya dengan penuh perasaan, mendalami sekali. Kalau disini ada mata kuliah Al Islam dan kemuhammadiyahan, disana ada mata kuliah agama Kristen dan Kemuhammadiyahan. Mata kuliah agama Kristen diajarkan oleh dosen dari agama masing-masing. Sedang Kemuhammadiyahan itu mahasiswa wajib meski bukan Muslim,” kata Sofyan Anif.
Sofyan Anif melanjutkan, selesai acara ada dua mahasiswa menemuinya dan ia merasa terkejut saat mereka membuka dompet dan memperlihatkan kartu Muhammadiyah. “Betul itu. Saya baca Kartu Muhammadiyah dua mahassiwa ini, satu laki-laki satu Perempuan. Ada tanda Muhammadiyahnya, ada nomer KTA. Jadi belum tentu anggota Muhammadiyah itu harus Muslim.
“Mereka juga bilang saya bangga jadi anggota Muhammadiyah. Saya tanya kenapa bangga dengan Muhammadiyah? Dijawab karena setiap ada bencana banjir, gempa bumi, Muhammadiyah datang pertama, Muhammadiyah hadir awal,pasti datang lebih dulu ke tempat teriadi bencana, itu yang membuat mereka bangga,” ungkap Sofyan Anif.
Dalam konteks kemanusiaan itu, Sofyan Anif menekankan agar warga Muhammadiyah senantiasa menebarkan kebaikan kepada siapapun dan dimanapun.(*)