
MADIUN – Dosen Prodi Kesejahteraan Sosial UMMAD (UMJT), Wariyatun, S.Sos., MAAPD menjadi konsultan penelitian organisasi perlindungan anak PBB, UNICEF.
Digandeng UNICEF, Wariyatun bakal menjadi konsultan penelitian mengenai persoalan sunat perempuan yang terjadi di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Tak kerja sendirian, Wariyatun menjadi konsultan penelitian UNICEF bersama dosen Universitas Ratu Samban, Bengkulu, Susi Handayani, MA.
“Jadi saya sebagai dosen Prodi Kesos UMMAD bersama Susi Handayani, MA, dosen Universitas Ratu Samban, Bengkulu dipercaya oleh UNICEF untuk melakukan baseline study tentang female genital mutilation (FGM),” ungkap Wariyatun, Jumat, 14 Maret 2025.
Baseline study ini menurut Wariyatun merupakan studi awal mengenai sunat perempuan yang terjadi di Jawa Timur dan NTB.
Pembekalan penelitian awal terkait sunat perempuan tersebut dilakukan Wariyatun dengan mengajak serta sejumlah mahasiswa Prodi Kessos dan Prodi Ilmu Komunikasi UMMAD secara online (zoom) pada Senin, 10 Maret 2025.
Mahasiswa yang diajak Wariyatun dalam study awal penelitiannya ini adalah individu yang tertarik dalam program-program pembangunan (development project).Mahasiswa-mahasiswa ini bakal menjadi asisten penelitian di studi awal mengenai sunat perempuan ini.
Hal yang mendasari Wariyatun mengajak mahasiswa Prodi Kessos terlibat dalam baseline study ini adalah karena salah satu profil lulusan yang ditawarkan oleh Prodi Kesos UMMAD adalah menjadi asisten peneliti.
“Salah satu strategi untuk mencapai profil lulusan ini adalah mahasiswa perlu dibekali teori maupun praktik persoalan sosial. Isu tentang FGM sangat dekat dengan permasalahan yang perlu diintervensi oleh para pekerja sosal,” jelas Wariyatun.
3 kemampuan
Dalam pembekalan ini, Wariyatun mengenalkan tiga kemampuan yang harus dimiliki mahasiswa untuk menjadi asisten peneliti setelah lulus nanti.
Diantaranya terkait kemampuan melakukan penelitian serta penguasaan persoalan sosial yang diteliti.
Wariyatun juga menyampaikan gambaran mengenai lingkungan kerja bidang konsultan pembangunan tingkat internasional serta tren model kerja di masa kini.
“Mahasiswa kita kenalkan mengenai sunat perempuan ini serta aturan-aturan mengenai penelitian yang ada di tingkat nasional maupuan internasional,” jelas Wariyatun.
Mengenai tren cara kerja di jaman sekarang, Wariyatun menyampaikan kepada mahasiswa mengenai kecenderungan bekerja dimana saja atau work from anywhere (WFA).
“Asisten peneliti menjadi salah satu model pekerjaan ini. Dari sisi penghasilan juga tidak kalah dari yang bekerja kantoran namun ada syaratnya,” terang Wariyatun.
Syaratnya menurut Wariyatun adalah harus punya modal kematangan konsep teori, memiliki ketrampilan komunikasi dan jaringan.
“Pekerjaa-pekerjaan semacam ini masuk dalam sektor jasa. Di sektor jasa, kepercayaan orang menjadi salah satu faktor penting. Nah, kalau mau masuk dalam pekerjaan seperti ini di tingkat internasional, mahasiswa harus dibekali penguasaan bahasa asing serta kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang multikultur,” papar Wariyatun.
Wariyatun berharap dengan berbagi pemahaman kemudian mengajak mahasiswa praktik langsung akan memberi bekal kepada mahasiswa Kessos untuk siap masuk lapangan kerja sebagai asisten peneliti.