MADIUN- Kaprodi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Madiun (UMMAD) yang akan segera berubah menjadi Universitas Muhammadiyah Jawa Timur (UMJT), Latutik Mukhlisin,S.Sos., M.I.Kom menjadi narasumber Dialog Luar Studio Pasca Pemilu yang dilaksanakan RRI Madiun.
Dialog Luar Studio Pasca Pemilu RRI Madiun bertema “Regenerasi Kepemimpinan Nasional dalam Persepektif Generasi Muda” dilakukan di Aula Kampus 1 UMMAD, Kamis, 21 November 2024.
Selain menghadirkan Latutik Mukhlisin,S.Sos., M.I.Kom, dialog juga mendatangkan nara sumber dari Masyarakat Transparansi Madiun, Kokok Heru Purwoko SH, MH.
Dalam kesempatan tersebut, Latutik Mukhlisin banyak berbicara mengenai generasi muda serta kepemimpinan nasional terkait dengan banyaknya potensi yang dimiliki anak muda mulai dari kreatifitas serta semangat berinovasi.
Di sisi lain, anak muda memiliki peran strategis yang bisa dilakukan dalam bidang politik atau juga dalam hal komunitas atau masyarakat.
“Di dalam bidang bisa kita lihat banyak anak muda yang telah menjadi anggota DPR RI seperti Hillary Brigitta Lasut dengan usia yang masih 23 tahun.
Di dalam komunitas, anak muda berinisiatif melakukan gerakan berbasis sosial seperti membangun Kitabisa.com sebagai contoh Gerakan generasi muda menciptakan solusi bagi persoalan kemanusiaan.
Tantangan anak muda
Menurut Latutik, untuk mengembangkan peran strategis anak mud aitu, harus berhadapan dengan sejumlah tantangan.
Misalnya pemimpin muda merasa kurangpercaya diri menghadapi senioritas di tempat kerja seperti yang disampaikan oleh kajian PwC tahun 2021.
“Di sisi lain, anak muda kurang berpengalaman dalam kepemimpinan formal sehingga mereka belum diterima dalam posisi strategis,” kata Latutik.
Secara eksternal, anak muda berhadapan dengan budaya senioritas dimana dalam politik di Indonesia, ada kecenderungan posisi kepemimpinan strategis dipegang generasi lebih tua.
Hal itu bisa dilihat dari data usia rata-rata Menteri Kabinet Indonesia Maju yaitu 55 tahun (2022). Sementara itu, anak muda kerap terjebak dalam polarisasi politik yang menghambat idealisme mereka.
“Yang harus dilakukan adalah penguatan Pendidikan kepemimpinan seperti program yang dirancang McKinsey&Company yaitu Young Leaders for Indonesia yang memperlihatkan pentingnya pembinaan kepemimpinan berbasis kompetensi sejak dini,” terang Latutik. (*)